Senin, 14 November 2016

Contoh kasus 1

MASALAH PEMERINTAH

Memilih CPNS untuk Investasi Daerah
Pada awal Desember 2007, 17 daerah di Sumatera Utara akan memulai putaran penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) baru (MedanBisnis/24/11/2007). Seperti tahun-tahun sebelumnya, sudah dapat diperkirakan pelamarnya akan membludak. Satu pertanyaan menggelitik, masihkah ada peluang dan harapan bagi pelamar yang benar-benar berkualias untuk bisa diterima sebagai CPNS dalam periode kali ini secara bersih? Inilah pertanyaan dari kalangan yang pesimis bahwa periode ini (mungkin) seleksi CPNS di daerah tidak akan berjalan secara fair, transparan dan akuntabel.
Pada awal 2006 lalu, pemerintah pusat (memang) mencoba merancang proses seleksi CPNS secara serentak di lingkungan pemerintah daerah seluruhIndonesia. Seleksi CPNS secara nasional ini dirancang untuk mencegah maraknya KKN dalam seleksi CPNS yang selama ini sudah sangat umum terjadi. Masyarakat telanjur berharap banyak dengan kebijakan ini. Tetapi kebijakan tinggallah kebijakan. Dalam praktik di lapangan, tetap saja ditemukan kolusi dan nepotisme selama proses seleksi CPNS di daerah.
Satu contoh kasus yang menonjol adalah ketika di Simalungun 56 orang CPNS yang sudah dinyatakan lulus dibatalkan karena diduga melakukan KKN yang kemudian dikenal sebagai CPNS Gate di Simalungun (Harian Global 15 Juni 2006). Insiden seperti ini seolah memberikan kepada kita bahwa otonomi daerah tidak sepenuhnya digunakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan pemberantasan KKN, termasuk dalam hal rekrutmen pejabat publik di lingkungan pemda.

ANALISIS KASUS

            Dilihat dari contoh kasus di atas, pemberantasan KKN dalam proses rekrutmen CPNS tidak cukup sekadar manis di bibir sebagai pengobat rasa kecewa. Harus ada jaminan pasti bahwa proses seleksi berjalan secara transparan dan accountable. Transparansi seleksi CPNS setidaknya ini dapat diukur dengan melihat sejauh mana proses pengambilan keputusan dilakukan secara objektif dan setiap pelamar memperoleh akses untuk melihat hasil pengerjaan soal yang diujikan dan perbedaan keunggulan kualitatif (pengalaman kerja, nilai ijazah, dsb) tiap-tiap peserta yang dijadikan dasar untuk memutuskan lolos tidaknya seorang pelamar. Sedangkan akuntabilitas seleksi CPNS antara lain dapat diukur dengan melihat empat parameter (alat ukur). Pertama; apakah ada jaminan kerahasiaan atas materi ujian sehingga bisa dipastikan tidak terjadi kebocoran dan/atau pembocoran soal. Kedua; apakah ada parameter penilaian yang objektif dan akurat untuk menentukan lolos tidaknya seorang pelamar dalam setiap tahapan. Ketiga; apakah ada sistem pemantauan dan pengawasan yang ketat terhadap proses seleksi disertai mekanisme penjatuhan sanksi yang tegas (dan transparan) bagi oknum-oknum yang melakukan penyimpangan. Keempat; apakah ada soal-soal ujian yang berkualitas sehingga dapat dijadikan ukuran tertulis tentang kapabilitas bakal CPNS.
Contoh kasus 2

KERAGAMAN PEKERJAAN

Donna Carter, direktur Carter Cleaning Centers dan ayahnya memiliki pekerjaan yang disebut oleh sang ayah sebagai pekerjaan yang mudah tetapi sulit saat harus menyaring pelamar pekerjaan. Hal ini mudah karena untuk dua pekerjaan penting seperti melakukan penyetrikaan dan melakuan pembersihan akan tidak sulit untuk mencari pelamarnya karena hanya menggunakan pengujian kerja langsung sekitar 20 menit. Seperti yang dinyatakan dona, para pelamar harus mengetahui bagaiman menyetrika dan pakaian dengan cepat atau bagaimana menggunakan bahan kimia pembersih dan mesin, bila mereka tidak dapat melakukannya kami dapat mengetahuinya dengan cepat karena mereka mencobanya langsung. Di sisi lain, penyaringan pelamar untuk mengisi posisi di toko sangatlah membuat frustasi karena kualitas yang dibutuhkan oleh Donna untuk disaring sulit. Dua masalah yang paling kritis yang dihadapi oleh perusahaan adalah tingginya pergantian karyawan dan kejujuran karyawan. Donna dan ayahnya sangat membutuhkan penerapan praktik yang akan mengurangi tingkat pergantian karyawan. Bila ada cara  untuk melakukan yang melalui pengujian karyawan dan teknik penyaringan, Donna ingin mengetahuinya karena waktu manajemen yang terbuang karena kebutuhan yang tidak pernah berakhir untuk merekrut dan memperkerjakan karyawan baru. Yang membutuhkan perhatian besar Donna dan ayahnya adalah kebutuhan untuk pengujian praktik yang baru untuk menyaring karyawan yang harus disingkirkan sebelum mencuri dari perusahaan.

Pencurian oleh karyawan merupakan sebuah masalah yang sangat besar bagi Carter Cleaning Centers, dan bukan hanya terjadi untuk karyawan yang menangani keuangan. Sebagai contoh, pada bagian pencucian dan bagian penyetrikaan seringkali membuka sendiri toko tanpa kehadiran seorang manajer untuk memulai kerja hari itu, dan bukan hal yang aneh bila ada satu atau lebih diantara karyawan ini yang mencuri persediaan atau berkeliling. Berkeliling berarti karyawan menyelidiki lingkungan untuk mengambil pakaian milik orang lain yang akan dibersihkan dan kemudian secara diam-diam membersihkan dan menyetrikanya di toko Carter, dengan menggunakan persediaan, gas, dam listrik perusahaan. Juga tidak aneh bila seorang yang tidak diawasi menerima pesana cepat satu jam untuk pencucian, mereka dengan cepat mencuci dan menyetrika, dan mengembalikannya kepada pelanggan untuk pembayaran tanpa menggunakan tiket yang benar untuk barang yang dilayani. Tentu saja uangnya masuk ke kantong orang itu bukannya ke kas.

ANALISIS KASUS


Dari masalah di atas terdapat beberapa alternatif penyelesaian masalah salah satunya adalah dengan cara melakukan perekrutan karyawan baru yang bias melakukan pekerjaannya dengan baik. Perekrutan dilakukan dengan cara mengukur prestasi kerja secara langsung. Calon karyawan diberikan arahan untuk melaksanakan sebagian besar tugas dasar dari pekerjaannya. Setelah calon karyawan memenuhi tugas yang diberikan selanjutnya dilakukan penilaian secara langsung apakah memenuhi standar yang telah ditentukan pihak toko Carter. Perlu adanya kontrol yang dilakukan oleh pihak manajer dari awal toko dibuka sampai dengan toko tutup. Hal ini bertujuan agar dapat meminimalisir kerugian yang dialami toko akibat kurang jujur karyawan toko. Selain itu kehadiran manajer di toko dapat memberikan kontribusi berupa semangat karyawan mengerjakan pekerjaannya. Berbeda jika tidak ada manajer karyawan senantiasa agar bersikap santai dan mengerjakan pekerjaannya secara asal-asalan.

By :
Dessler,Gary. 2004. Manajemen Sumberdaya Manusia : edisi ke Sembilan jilid

1. Jakarta: PT Indeks.

Nanda Aulia . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates