PENGARANG
TELAH MATI
Judul Buku : Pengarang
telah Mati (Segenggam Cerita)
Penulis : Sapardi Djoko Damono
Penerbit : Yayasan INDONESIATERA
Tanggal Terbit : Cetakan Pertama, Juli 2001
Jumlah Halaman : 156 halaman
Ukuran Buku : 21 cm
Kategori :
Kumpulan Sajak dan Prosa
Harga :
- (sumbangan)
Buku kumpulan sajak dan prosa ini
merupakan kumpulan karya yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono atau yang biasa
disebut SDD. Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir lahir di Surakarta, 20 Maret 1940merupakan
salah satu sastrawan angkatan ’66 yang. Karya pertamanya bertajuk “Duka-Mu
Abadi” (1969) membuat namanya mulai diperhitungkan
sebagai salah satu sastrawan besar Indonesia. Karya Populernya antara lainpuisi yang berjudul Aku
Ingin, Hujan Bulan Juni, dan Pada Suatu Hari Nanti.
Dalam buku ini terdiri dari 27 sajak
dan 1 cerpen utama dengan judul “Pengarang telah Mati”. Secara garis besar
cerita yang digambarkan berlatar belakang tahun 1998 dimana saat itu indonesia
sedang dalam kondisi bergejolak menuntut adanya reformasi. Yang unik dari
cerita ini adalah sudut pandang cerita dan jalan ceritanya. Diceritakan tokoh
Sukram yang merupakan tokoh utama dalam cerita yang sedang ditulis oleh
seseorang –yang tidak disebutkan namanya— yang baru seminggu lalu meninggal.
Sukram yang merupakan Tokoh dalam cerita ini meminta seseorang teman pegarang
yang sudah meninggal itu untuk segera menyelesaikan kelanjutan dari cerita yang
dituliskan pengarang sebelumnya. Seperti yang dituliskan pada halaman 46.
“Kalau
memang boleh ya saya minta saudaralah yang melakukannya. Dan lagi, kenapa
pengarang itu seenaknya saja mati dan meninggalkan ciptaannya belum selesai?
Mana tanggung jawabnya?”
“Atas
nama rekan-rekan, saya mohon Saudara berbuat sesuatu agar kami tidak lagi
duhantui kebingungan yang pasti tidak akan ada selesainya”
Cerita dimulai dengan pengenalan
tokoh. Sukram, seorang sarjana pulang dari melanjutkan kuliahnya di salah satu
universitas di Amerika. Di negara tersebut ia memiliki pacar yang bernama Ida
seorang perempuan muda. Sedangkan di Indonesia Sukram telah memiliki Istri
bernama Minuk dan anak yang bernama Esa. Ada pula Rosa, salah satu mahasiswa
Sukram di Indonesia dan juga Yatno dan Bonar sebagai teman Sukram di Indonesia.
Pada “FILE 1” di ceritakan Sukram
yang akan kembali ke Indonesia dan membahas kisahnya dengan Ida selama mereka
di Amerika. Walaupun mereka bukan pasangan suami-istri, Sukram dan Ida tinggal
di satu aprtemen. Ida mengetahui kalau Sukram sudah memiliki istri dan anak di
Indonesia, namun ia tidak bisa melepaskan Sukram dan meminta pengakuan kepada
Sukram atas statusnya. Selanjutnya, Sukram sudah sampai di Indonesia dan
dihadapi dengan situasi huru-hara di Jakarta. Sukram adalah seorang dosen yang
disegani mahasiswa dan dosen-dosen lain di kampusnya yang di harapkan ikut
membantu secara diplomatik untuk menuntut pemerintah melakukan reformasi.
Seminggu ia di Indonesia ia masih saja memikirkan Ida, bahkan ketika bersama
Istrinya.
Pada
“FILE 5” Sukram mulai berkenalan dengan Rosa, salah satu aktifis di kampusnya
yang membantu Sukram memantau situasi para mahasiswanya yang turun kejalan dan
menduduki gedung DPR. Diam-diam Sukram
mulai menyukai Rosa, karena Rosa selalu mengantar Sukram pulang dari kampus.
Dari pertemuan yang intens itulah benih-benih cinta pada Rosa mulai tumbuh.Suatu
ketika Ida mengirim email kepada Sukram agar Sukram kembali ke Amerika dan
menemuinya. Namun, di akhir cerita Sukram mengatakan tidak bisa kembali ke
Amerika karena ia harus menemani istri dan anaknya, di tambah lagi dengan
kondisi Jakarta yang saat itu masih panas atas aksi demo-demo mahasiswa.
Ketika
pertama membaca cerpen ini, sekilas pembaca akan mengira bahwa tema dari cerita
ini seputar perselingkuhan. Hal ini di dukung penggalan cerita dari halaman 82
“Sampaikan salam untuk isterimu. Aku kenal
sekali wajahnya meskipun belum pernah bertemu dengannya. Potretnya kaupasang di
kamar dorm-mu itu”
Atau
pada halaman 110-112
Aku sudah menerima e-mailmu yang ringkas itu,
ida. Aku tidak bisa. Engkau adalah oasisku. Istri dan anakku. Aku tentu saja
berjanji untuk tetap menunjjukkan telunjukku, kalau nanti kita ketemu sehabis
masa studimu….
Aku tahu, kau akan tetap terselip di antara
huruf-huruf dalam buku yang kubaca, diantara butir-butir udara yang kuhirup, bahkan
disela-sela sel-sel darah yang menghidupkanku….
Namun, ketika sudah membaca ceritanya hingga kebagian tengah
cerita pembaca bisa menemukan persoalan lain, yaitu tentang masalah politik dan
masalah reformasi kekuasaan yang dituntut oleh para mahasiswa. Seperti kutipan
pada halaman 72
…. Mereka itulah yang mengatakan bahwa sekarang
ada tiga kekuatan besar yang sedang berhadap-hadapan. Pemerintah yang korup,
Mahasiswa yang militant, dan opurtunitis politik, mahsiswa harus tidak bergeser
pada tujuan semula yaitu menumbangkan tatanan yang sudah direkayasa selama tiga
puluh tahun ….
Salah satunya yangmenarik dari
cerpen ini adalah cerita ini memiliki beberapa sudut pandangnya.
Pertama,
Sukram adalah tokoh dalam cerita yang belum selesai ceritanya, namun pengarang
yang membuatnya telah meninggal dunia.
Saudara,
saya adalah salah seorang tokoh sebuah cerita yang ditulis seorang pengarang
minggu lalu, meninggalkan ceritanya belum selesai. Maksud saya, sebelum sempat
menyelsaikan ceritanya ia meninggal dunia. Saudara juga sempat melihat
jenazahnya, bukan?wajahnya tentram sekali, seolah ia tidak punya masalah
meninggalkan dunia ini. Padahal ia masih punya masalah besar, yakni
menyelesaikan ceritanya.
Tokoh utama yang diberi nama Sukram oleh pengarang yang belum
tahu wataknya, yang masih ada dalam beberapa file :
Saya hanya
ada dalam beberapa file di komputernya. Begitu berbagai-bagainya sehingga saya
benar-benar tidak tahu watak saya apa. Ia seenaknya memberi nama saya sukram ….
Tokoh utama dalam cerita (Sukram) meminta seseorang untuk
menyelesaikan jalan ceritanya :
Kalau memang boleh ya minta Saudaralah yang
melakukanya. Dan lagi pengarang itu seenaknya saja mati dan meninggalkan
ciptaanya belum selesai? Mana tanggung jawabnya? ….
Kedua, munculnya
peran AKU sebagai sudut pandang orang ketiga mahatahu yang diminta untuk
menyelesaikan cerita tentang tokoh Sukram.
Halaman 99
Lama-lama aku jengkel kepada tokoh fiksi itu. Ia seolah-olah
memaksaku menjadi pengganti sahabatku yang meninggala dunia sebelum
menyelesaikan critanya. Aku tidak bisa mengatakan apa pun kepadanya….
AKU bertanya-tanya
mengapa pengarang men-delete file-file tertentu dalam cerita
Halaman 110
….aku mulai bertanya-tanya kenapa sehabatku itu men-delete
file-file itu. Untung, setidaknya bagi Sukram, sahabatku belum sempat
mengosongkan tempat sampah di komputernya itu…
Kelebihan:
1.
Walaupun cerita Pengarang
Telah Mati merupakan karya sastrawan besar sekelas SSD, tapi bahasa yang di
gunakan tidak terlalu berat. Cocok untuk pembaca yang ingin mencoba membaca
karya-karya sastra lama
2.
SSD menggunakan
diksi-diksi yang tidak biasa seperti Oase, Desiran Pasir, Mawar Kekuningan, dan
lain sebagainya
3.
Penggambaran suasanya
dalam cerita berhasil membuat pembaca merasakan panasnya masa-masa reformasi
tahun 1998
Kekurangan
:
1.
Walaupun cerita ini
sebenarnya berlatar belakang masa reformasi, namun intrik perselingkuhan sangat
kental di dalamnya. Ada beberapa bahasa yang di sebenarnya cukup vulgar namun
dituliskan dengan lebih halus.
2.
Cerita ini tidak cocok
untuk bacaan anak-anak atau remaja, karena bahasa yang digunakan ditunjukan
untuk orang dewasa.
Kesimpulan:
Cerpen Pengarang Telah mati Karya Sapardi Djoko
Damono, merupakan sebuah cerpen yang mengangkat tema tentang “PERTANGGUNG JAWABAN”.
Ketegasan kepada seseorang agar bertanggung jawab atas perbuatan yang ia telah
berani lakukan dan tidak meninggalkan dengan seenaknya. Hal ini digambarkan
oleh tokoh utama yang diberi nama Sukram oleh pengarang. Serta masalah yang
dialami Sukram akibat dari tidak adanya tanggung jawab atas komitmen yang
dibangun antara ia dengan Istrinya.
Lebih luas lagi, buku ini cocok untuk pembaca
yang baru mulai membaca karya-karya sastra lama. Karena di dalamnya, selain
cerita Pengarang Telah Mati terdapat pula 27 sajak dan puisi yang bisa
dijadikan pembelajaran dalam menulis karya sastra baik puisi, cerpen, maupun
prosa.